— Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona COVID-19, Achmad Yurianto, baru-baru ini menyinggung adanya sumber penular yang susah dideteksi dan ditandai. Kelompok ini diyakininya berkontribusi terhadap bertambahnya kasus setiap hari.
“Sebagian dari mereka adalah kelompok orang yang tanpa gejala, yaitu orang-orang yang di dalam tubuhnya telah dapat virus dan virus ini berkembang biak kemudian menyebar ke sekitarnya melalui percikan ludah, droplet, pada saat berbicara, bersin, ataupun batuk,” kata dr Yuri.
“Sementara yang bersangkutan tidak merasakan bahwa dirinya sakit,” lanjutnya.
Kondisi ini pula yang mendasari imbauan pemerintah agar semua orang menggunakan masker saat keluar rumah, meski tidak punya keluhan. Seseorang yang termasuk kategori OTG (Orang Tanpa Gejala) bisa saja sudah tertular dan berisiko menularkan virus ke orang lain.
Apa itu OTG?
Versi terbaru Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) mendefinisikan OTG sebagai seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang yang terkonfirmasi COVID-19. OTG merupakan ‘kontak erat’ dengan kasus konfirmasi virus corona COVID-19.
Sementara itu, kontak erat didefinisikan sebagai orang-krang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan maupun konfirmasi), dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala, hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
Siapa saja yang dikategorikan kontak dekat?
Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar, dan membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa APD (Alat Pelindung Diri) sesuai standar dikategorikan sebagai kotak dekat. Selain itu, orang-orang yang pernah berada dalam satu ruangan yang sama dengan pasien positif juga termasuk kontak dekat.
Mudik naik kendaraan umum? Bila dalam kendaraan tersebut ada penumpang yang kemudian terkonfirmasi positif, maka penumpang lain juga termasuk kontak dekat.
Adakah ciri-ciri OTG yang bisa dikenali?
Namanya juga tanpa gejala, tentunya sulit untuk diidentifikasi dan ditandai. Oleh karenanya, organisasi kesehatan dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan RI telah merekomendasikan penggunaan masker bagi siapapun, dengan atau tanpa keluhan, saat keluar rumah.
Jenis masker yang dianjurkan adalah masker kain. Meski kemampuan filtrasinya tidak sebaik masker bedah dan masker N95, masker kain mampu menyaring 70 persen partikel dan bisa dipakai ulang. Syaratnya, harus sering-sering dicuci pakai sabun.
“Kita gunakan maksimal 4 jam dalam sehari dan kemudian cuci kembali dengan air sabun,” saran dr Yuri.