— Raksasa teknologi Apple dan Google mengatakan akan berkolaborasi mengembangkan perangkat lunak yang berbasis teknologi pelacakan kontak untuk memperlambat penyebaran virus corona. Perangkat ini akan memungkinkan pengguna untuk memilih agar dapat mengenali ponsel lain yang berada dekat dengan mereka.
Saat ini, sistem operasi buatan Apple dan Google digunakan di 99 persen telepon pintar di seluruh dunia. Alat pelacakan kontak ini akan membantu orang-orang untuk tahu apakah mereka berada dekat dengan orang yang positif terjangkit virus SARS-CoV-2 yang tengah mewabah.
“Ini sangat menarik, tetapi banyak orang khawatir ini akan menyangkut kebebasan. Kita akan mempertimbangkan hal itu,” ujar Presiden Amerika Serikat Donald Trump tentang inisiatif kerja sama ini dalam sebuah pengarahan terhadap para jurnalis.
Perangkat lunak ini akan membantu otoritas kesehatan masyarakat untuk bisa lebih cepat menguji dan mengkarantina individu-individu yang berpotensi terpapar virus corona. Perangkat ini dikatakan akan bekerja lebih andal daripada metode pelacakan kontak yang digunakan saat ini.
“Dengan perangkat Apple dan Google, Anda mendapatkan semua fungsi kesehatan masyarakat yang Anda butuhkan dengan aplikasi yang terdesentralisasi dan ramah privasi,” ujar Michael Veale, pengajar ilmu hukum dari University College London. Ia juga terlibat dalam dalam sistem pelacakan kontak Eropa, yakni DP3T. Solusi terpusat seperti yang diusulkan di Inggris dan Jerman tidak akan lagi bisa bekerja di bawah teknologi baru, katanya.
Rencananya akan diluncurkan bulan Mei
Supaya bisa efektif, sistem buatan Sillicon Valley ini membutuhkan jutaan orang untuk memilih berada dalam sistem mereka, mempercayai teknologi perlindungan yang disediakan oleh perusahaan, serta kelancaran pengawasan oleh sistem kesehatan publik.
Ponsel pengguna dengan teknologi yang diaktifkan akan memancarkan sinyal Bluetooth. Ponsel kemudian dapat merekam informasi anonim terkait ponsel-ponsel lain yang berada dalam jarak sekitar 2 meter. Kedua perusahaan mengatakan bahwa mereka tidak akan melacak data pribadi atau lokasi GPS dari individu yang terinfeksi.
Dosen pengajar di Universitas Stanford yang juga mantan penasihat eksternal untuk Google, Al Gidari, mengatakan bahwa perangkat ini bukan pengganti tes corona, tetapi “ini memberikan hasil yang dapat ditindaklanjuti sehingga orang dapat bertindak secara bertanggung jawab, melakukan isolasi mandiri dan mengurangi kecemasan dalam komunitas secara keseluruhan.”
Perangkat lunak ini diharapkan dapat diluncurkan pada bulan Mei. Tidak jelas apakah teknologi tersebut akan bisa juga digunakan dalam skala internasional. Google akan meluncurkannya melalui Play Store, sedangkan Apple akan merilis sebagai pembaruan perangkat lunak.
Keprihatinan terkait data pribadi
Aplikasi serupa yang sebelumnya diluncurkan di berbagai negara telah menarik perhatian pemerhati masalah privasi. Namun, Pam Dixon, Direktur Eksekutif World Privacy Forum, mengatakan bahwa Apple telah meyakinkannya bahwa perangkat ini akan melindungi privasi penggunanya.
“Saya pikir mereka telah menyelesaikan beberapa masalah yang sangat besar,” kata Dixon. Ia menekankan bahwa perusahaan mengatakan mereka dapat mematikan sistem ini ketika tidak lagi diperlukan. “Pemerintah tidak akan memiliki informasi identitas orang-orang yang teruji positif.”
Informasi sensitif dilaporkan akan tetap berada di telepon setiap individu pengguna dalam bentuk terenkripsi, tidak ada data yang dikumpulkan yang dapat diidentifikasi secara pribadi.
Selain itu, segala bentuk sinyal peringatan akan ditangani langsung oleh lembaga kesehatan masyarakat, bukan oleh perusahaan teknologi, demikian menurut makalah pengarahan yang dilihat oleh Associated Press.