— Mengonsumsi alkohol, menjadi pilihan sebagian orang di tengah menghadapi situasi pandemi virus corona. Di Amerika misalnya, penutupan bar-bar dan pembatasan aktivitas bukannya menghentikan konsumsi tapi malah membuat orang mengganti acara minum-minum dengan ‘Happy Hour Virtual’.
Pada akhirnya kebiasaan minum di negara itu pun beradaptasi dengan kebijakan menjaga jarak fisik dan sosial. Konsumsi alkohol selama wabah justru disebut meningkat.
Laporan sebuah perusahaan riset pasar, Nielsen menunjukkan penjualan alkohol melonjak 75 persen selama 15-22 Maret 2020 dibanding periode yang sama pada 2019. Nielsen seperti dikutip Huffington Post juga menyatakan, grafik ini kemungkinan menggambarkan bagaimana upaya orang Amerika untuk menimbun alkohol–warga di sana memiliki banyak persediaan di rumah di tengah pandemi ini.
Tapi lantas, bagaimana sebetulnya pengaruh alkohol terhadap risiko terserang penyakit?
Pakar di National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA), Kathy Jung dan Joe Wang memperkirakan potensi masalah yang muncul dari perilaku tersebut. Selain berisiko karena terlalu banyak minum alkohol, para pakar mencatat bahwa kelebihan konsumsi lambat laun akan merusak sistem kekebalan tubuh.
Bukan hanya itu, tinjauan literatur pakar juga menyarankan untuk mengontrol konsumsi alkohol. Terlalu banyak minum selama pandemi bisa menempatkan Anda pada risiko yang lebih tinggi terinfeksi virus.
“Selain mengganggu fungsi sel kekebalan, minum kronis dan pesta minuman keras bisa merusak fungsi penghalang di paru-paru, usus dan penghalang darah ke otak,” para pakar mengingatkan.
Di tengah kerja meneliti dan memahami virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) ini, studi mengenai hubungan antara virus dengan konsumsi alkohol memang belum tersedia. Namun, ada banyak kekhawatiran soal ini.
“Ada bukti bahwa konsumsi alkohol yang berlebihan membuat orang lebih rentan terhadap infeksi virus pernapasan,” jelas Direktur Divisi Metabolisme dan Efek Kesehatan di NIAAA, Jung.
Hal tersebut karena minum alkohol yang berlebihan bukan saja mengganggu fungsi sel kekebalan tubuh, melainkan juga merusak fungsi paru-paru, usus dan aliran darah ke otak.
“Biasanya, paru-paru dan usus sebagaimana kulit kita, menawarkan perlindungan fisik serta sistem imun melawan infeksi. Terlalu banyak alkohol akan mengganggu itu. Bisa dibayangkan jika bakteri atau patogen apapun boco ke sirkualisi,” jelas dia lagi.
Tak hanya itu, ada pula kemungkinan perilaku mengonsumsi alkohol berlebih itu akan memperburuk penyakit ketika pasien terinfeksi. Hal tersebut ditunjukkan dalam beberapa kasus virus corona pada laporan awal di China dan Italia.
Namun Wang menambahkan, masih perlu pembuktian lebih banyak untuk menyimpulkan kaitan antara konsumsi alkohol berlebih dengan penurunan sistem kekebalan tubuh pasien maupun tingkat keparahan.
Kendati begitu, NIAAA tak menentukan secara pasti indikator penggunaan alkohol yang berlebihan itu seperti apa. Mengonsumsi alkohol bisa diterima saat masih sebatas moderat atau secara sosial.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mendefinisikan batas minum moderat adalah satu gelas per hari untuk perempuan dan dua gelas per hari untuk pria.
Bukan cuma perkara konsumsi berlebih yang akan menimbulkan masalah. Jung mengingatkan, jika pada hari kerja Anda pantang minum banyak tapi bukan berarti aman ketika menggenjot minum saat akhir pekan tiba. Ini juga harus dihindari.
Kalau begitu, apakah Anda perlu membatalkan total rencana ‘Happy Hour Virtual’ untuk minum-minum? Tidak perlu juga, kata Jung.
“Jika Anda memang seorang peminum, minumlah secukupnya saja. Anda bisa tetap minum alkohol, tapi jangan menambah jumlahnya,” saran Jung.
Peminum kronis, kata dia, mencoba mengurangi stres di masa-masa penuh tekanan ini dengan mengonsumsi alkohol yang, justru akan menurunkan sistem kekebalan tubuh. Padahal toh menurut Jung, penelitian menunjukkan alkohol hanyalah solusi sementara.
“Mungkin bekerja dalam jangka pendek. Memang betul setelah menenggak alkohol rasanya tekanan akan terlepas, tapi ini akan menjadi lingkaran setan,” ia mewanti.
Itu sebab menurut Jung, untuk sementara Anda bisa mencoba mengurangi kebiasaan minum alkohol–demi mendapatkan rasa rileks di tengah pandemi ini. Jika sulit, Anda bisa berkonsultasi dengan pakar untuk mengatasi gangguan mengenai penggunaan alkohol tersebut.