— Misi SpaceX dan Elon Musk untuk mengirimkan manusia ke luar angkasa tak terhalang pandemi Covid-19. Dua astronaut direncanakan akan diluncurkan ke luar angkasa pada Rabu (27/5) mendatang.
Sudah sembilan lalu berlalu sejak misi luar angkasa berawak dengan menggunakan roket buatan Amerika Serikat diluncurkan. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dikabarkan akan menyaksikan langsung peluncuran roket Falcon 9 di Kennedy Space Center, Florida, Amerika Serikat.
Program Commercial Crew NASA, yang bertujuan mengembangkan pesawat ruang angkasa buatan perusahaan privat untuk mengangkut astronaut Amerika ke luar angkasa. Program ini dimulai saat kepemimpinan Barack Obama.
Penerus Obama, Trump telah memerintahkan NASA untuk kembali ke bulan pada tahun 2024, jadwal yang tidak mungkin tetapi telah didukung oleh berbagai lembaga ruang angkasa lainnya.
Ambisi Trump ini bertujuan untuk mengembalikan supremasi luar angkasa Amerika Serikat yang telah padam sejak sembilan tahun terakhir.
Dalam 22 tahun sejak komponen pertama Stasiun Antariksa Internasional (ISS) diluncurkan, hanya pesawat ruang angkasa yang dikembangkan oleh NASA dan oleh badan antariksa Rusia yang membawa awak ke ISS.
NASA menggunakan program pesawat ulang-alik dengan desain pesawat bersayap besar, sangat rumit, yang membawa lusinan astronaut ke luar angkasa dalam tiga dekade terakhir.
Tetapi biaya NASA yang sangat besar, sebesar US$200 miliar untuk 135 penerbangan, dan dua kecelakaan fatal akhirnya mengakhiri program pesawat ulang alik. Pesawat ulang-alik terakhir buatan NASA, Atlantis, mendarat pada 21 Juli 2011.
Setelah itu, para astronaut NASA menggunakan roket Soyuz buatan Rusia yang diluncurkan dari Kazakhstan. Namun penggunaan roket Rusia ini hanya sementara.
Sebab NASA telah mempercayakan dua perusahaan swasta, Boeing dan SpaceX untuk merancang dan membangun kapsul yang akan menggantikan angkutan ulang-alik.
Sembilan tahun kemudian, SpaceX yang didirikan oleh Musk, siap meluncurkan manusia ke luar angkasa dengan roket buatan Amerika Serikat.
Dilansir dari AFP, roket Falcon 9 direncanakan akan meluncur pada Rabu pukul 16.33 waktu setempat. Kapsul Crew Dragon berada di atas roket.
NASA telah memberi SpaceX kontrak senilai US$3 miliar sejak 2011 untuk membangun pesawat ruang angkasa. Kapsul akan diawaki oleh Robert Behnken (49), dan Douglas Hurley (53).
Keduanya adalah veteran veteran penjelajah luar angkasa – Hurley mengemudikan pesawat ulang alik Atlantis pada sembilan tahun lalu.
Sembilan belas jam kemudian mereka akan berlabuh di ISS, di mana dua orang Rusia dan seorang Amerika menunggu mereka.
Kendati demikian, ramalan cuaca menunjukkan 60 persen kemungkinan kondisi cuaca yang buruk. Apabila cuaca dianggap tidak memungkinkan, jendela peluncuran berikutnya adalah Sabtu, 30 Mei.
Peluncuran ini memakan waktu lima tahun lebih lama dari yang direncanakan, meski terlambat SpaceX tetap mengalahkan Boeing.
“Itu benar-benar kisah sukses. Ada skeptisisme besar” kata Mantan Direktur Pusat Ames NASA, Scott Hubbard kepada AFP.
Uji terbang pesawat luar angkasa Starliner milik Boeing gagal karena ada masalah perangkat lunak yang serius dan harus diperbaiki. Sebelumnya, justru SpaceX yang dipandang sebelah mata saat mendapat misi untuk membangun pesawat luar angkasa.
“Orang-orang senior di perusahaan warisan, Lockheed, Boeing, akan memberi tahu saya di sebuah konferensi bahwa orang-orang SpaceX ini tidak tahu apa yang tidak mereka ketahui,” lanjut Hubbard.
SpaceX akhirnya mendapatkan kontrak NASA dengan roket Falcon 9 yang lebih murah, fase pertama roket berhasil kembali mendarat ke Bumi secara vertikal.
Sejak 2012, SpaceX telah memberi pasokan ISS untuk NASA berkat versi kargo dari pesawat Crew Dragon.
Misi berawak NASA yang disebut Demo-2, sangat penting bagi Washington dalam dua aspek. Pertama adalah memutuskan ketergantungan NASA pada Rusia. Kedua adalah membuka pasar pariwisata luar angkasa di orbit rendah Bumi
“Kami membayangkan satu hari di masa depan di mana kami memiliki selusin stasiun ruang angkasa di orbit Bumi rendah. Semua dioperasikan oleh industri komersial,” kata Kepala NASA Jim Bridenstine.
Musk sendiri bertujuan lebih tinggi. Saat ini ia sedang membangun roket besar, Starship, untuk mengelilingi Bulan atau melakukan perjalanan ke Mars dan akhirnya menjadikan manusia sebagai ‘spesies multi-planet’.