Dewatogel – Hulu Sungai Selatan merupakan kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang beribu kota di Kecamatan Kandangan. Luas wilayahnya 1.804,94 kilometer persegi.
Wilayah kabupaten ini terdiri dari pegunungan yang memanjang dari arah timur ke selatan serta barat ke utara merupakan dataran rendah alluvial. Terdapat sebelas kecamatan di Hulu Sungai Selatan. Kecamatan Loksado memiliki wilayah terbesar, yaitu 338,89 kilometer persegi, sementara Telaga Langsat merupakan kecamatan terkecil dengan 58,08 kilometer persegi.
Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Selatan berjumlah 228.006 jiwa, pada 2020. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 114.426 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 113.580 jiwa.
Secara geografis, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Hulu Sungai Utara di sebelah utara, Kabupaten Tapin dan Kabupaten Banjar di sebelah selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin di sebelah barat, serta Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Kotabaru di sebelah timur. Apa lagi fakta menarik dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang dirangkum dari berbagai sumber?
Gunung Kentawan merupakan kawasan hutan lindung yang berada di Desa Lumpangi, Kecamatan Loksado. Kawasan ini berupa gugusan Pegunungan Meratus yang terbentuk dari batuan karst. Terdapat tiga gunung di sini, meliputi Kentawan Laki, Kentawan Bini, dan Kentawan Anak.
Cagar alam seluas 246,24 hektare tersebut merupakan rumah beragam jenis flora dan fauna. Anggrek hutan dan bambu tumbuh secara alami di tempat ini. Sementara, fauna yang tinggal di cagar alam ini adalah burung Raja Udang (Alcedo euryzona), Owa-Owa (Hylobates muelleri), Kucing Hutan (Felix bengalensis), dan Bekantan (Nasalis larvatus).
Telaga Bidadari berada di Desa Telaga Bidadari, Kecamatan Sungai Raya. Di objek wisata ini dapat ditemukan sumur tua yang tidak pernah kering walaupun musim kemarau panjang. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Telaga Bidadari.
Telaga itu berukuran 3 meter x 2 meter dengan kedalaman mencapai dua meter. Di sekitar telaga ini ditumbuhi pepohonan yang rindang, menambah kenikmatan ketika berkunjung ke tempat ini.
- Masjid Su’ada atau Masjid Baangkat yang berada di Kecamatan Simpur, tujuh kilometer dari ibu kota kabupaten, merupakan salah satu masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini didirikan oleh Al Allamah Syekh H. Abbas dan Al Allamah Syekh H. Said bin Al Allamah Syekh H. Sa’dudin pada 1908 M, di atas tanah wakaf milik Mirun bin Udin dan Asmail bin Abdullah.
Masjid yang mempertahankan bentuk aslinya itu memiliki luas 1047,25 meter persegi. Bentuk bangunan ini persegi empat, bertingkat tiga, loteng, dan petala/petaka dengan artinya masing-masing. Tingkat pertama bermakna syariat, tingkat kedua bermakna thariqat, tingkat ketiga bermakna hakikat, dan loteng memiliki makna ma’rifat.
Tari Kanjar diciptakan oleh masyarakat Dayak Meratus atau Dayak Loksado. Tarian ini merupakan tarian tradisional yang bersifat sakral. Biasanya tarian ini dipentaskan dalam upacara adat atau syukuran setelah panen padi yang disebut sebagai aruh ganal atau bawanang.
Upacara tersebut dilaksanakan hingga 12 hari. Mereka berdoa, menari, dan makan bersama. Masyarakat Dayak Loksado percaya bahwa para leluhur ikut merayakan upacara secara bersama-sama.
- Makam Tumpang Talu berada di Kampung Parincahan, Kecamatan Kandangan, sekitar satu kilometer dari pusat kota Kandangan. Tempat ini merupakan tempat pemakaman tiga pejuang Hulu Sungai Selatan, yaitu Bukhari, Landuk, dan H. Matamin.
Ketiga pahlawan dimakamkan pada satu lubang yang sama. Mereka gugur dalam peristiwa pemberontakan Amuk Hantarukung pada 19 September 1899. Pemberontakan itu dilakukan untuk menentang sistem kerja rodi yang diberlakukan Belanda kepada warga kawasan Banua Lima.
- Makam Al Allamah Syekh H. Sa’dudin (H.M Thayib)
Makam Al Allamah Syekh H. Sa’dudin (H.M Thayib) berada di Kecamatan Kalumpang, sekitar delapan kilometer dari Kota Kandangan. Al Allamah Syekh H. Sa’dudin merupakan buyut dari Datu Kelampayan Syekh Maulana H.Muhammad Arsyad Al Banjari, pengarang kitab Sabilal Muhtadin.
Sepanjang hidupnya didedikasikan untuk dakwah agama Islam dengan mengajarkan Al Qur’an dan Ilmu Tauhid di Desa Balimau. Makamnya banyak dikunjungi oleh masyarakat, baik masyarakat setempat maupun masyarakat luar daerah Hulu Sungai Selatan, terutama pada 17 Rabiul Awal.