— Beberapa hal bisa menyebabkan seseorang rentan terhadap virus Corona COVID-19, mulai dari faktor usia hingga penyakit penyerta atau komorbid. Namun, salah satu hal yang sangat berpengaruh pada kondisi pasien Corona adalah kebiasaan merokok.
Dalam pemaparannya, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) menyebutkan bahwa perokok lebih berisiko terhadap virus Corona. Hal ini dibuktikan dengan data dari 12 penelitian di dunia yang menyebutkan dari 9.025 orang, sekitar 17,8 persen perokok lebih berisiko mengalami kondisi buruk.
“Sedangkan yang bukan perokok, hanya mengalami perburukan sebanyak 9,3 persen. Artinya, merokok hampir dua kali lipatnya meningkatkan risiko terjadinya perburukan dari COVID-19,” katanya dalam webinar yang diselenggarakan pada Selasa (28/4/2020).
Berdasarkan hal itu, terdapat 4 alasan yang menjelaskan mengapa seorang perokok atau yang mempunyai kebiasaan merokok itu lebih mengalami kondisi fatal saat terinfeksi COVID-19.
1. Mengganggu sistem imunitas saluran pernapasan
Dalam hal ini, dr Agus mengatakan terdapat dua hal yang bisa menyebabkan rokok bisa mengganggu sistem imunitas saluran pernapasan. Pertama, adalah fungsi silia untuk membersihkan saluran pernapasan menjadi terganggu.
Silia berfungsi untuk menyaring dan membersihkan saluran pernapasan, sehingga bakteri dan virus akan dibuang melalui batuk. Tetapi, jika orang tersebut menghisap rokok sebanyak 2-3 kali, bisa melemahkan fungsi silia sebanyak 50 persen bahkan tidak berfungsi lagi.
Kedua, zat radikal seperti nikotin yang ada di dalam sebatang rokok bisa berpengaruh pada sel-sel imunitas tubuh manusia. Nikotin ini akan menekan fungsi sel imunitas seperti leukosit, untuk memerangi virus. Akibatnya, infeksi virus akan menjadi lebih berat.
2. Kadar ACE2 lebih tinggi pada perokok
Sebuah riset mengatakan bahwa seorang perokok bisa meningkatkan reseptor ACE2 sebanyak 50 persen. Hal ini dibuktikan dengan penelitian di Kanada, yang menunjukkan kadar ACE2 pada perokok lebih tinggi 3 kali lipat dibandingkan yang bukan perokok.
Peningkatan risiko buruk terkait COVID-19 juga ditemukan pada rokok bentuk lain, seperti shisha dan rokok elektronik lainnya yang bisa meningkatkan tekanan pada imunitas. Khusus pada shisha, penularan juga bisa lebih mudah melalui pipa yang digunakan secara bergantian.
Jika pipa itu digunakan orang yang terinfeksi, maka virus bisa terus menyebar ke banyak orang.
3. Memperparah penyakit penyerta
Rokok juga berhubungan dengan berbagai penyakit komorbid, yang bisa berisiko tinggi terhadap COVID-19. Seorang perokok bisa meningkatkan berbagai penyakit komorbid, seperti gagal jantung, hipertensi, koroner, PPOK, asma, diabetes, dan gagal ginjal. Bahkan bisa berisiko meninggal dunia.
Berdasarkan data dari RS Persahabatan, sebanyak 63 persen pasien COVID-19 mengidap penyakit komorbid. Tentunya dengan merokok bisa memancing penyakit komorbid bermunculan, sehingga kondisi COVID-19 dalam tubuh semakin memburuk. Beberapa penyakit komorbid yang menyebabkan pasien meninggal, antara lain:
– Hipertensi 30,4 persen
– Diabetes 21,7 persen
– Gagal jantung 4,3 persen
– Asma sekitar 2,2 persen
– dan yang tidak ada komorbidnya hanya sekitar 15 persen.
4. Risiko tangan terkontaminasi
Saat merokok, orang cenderung akan memegang mulut berkali-kali tanpa mencuci tangannya terlebih dulu. Hal ini bisa meningkatkan transmisi virus hingga menyebabkan infeksi COVID-19. Dengan kata lain, risiko terkontaminasi dari tangan bisa sangat besar terjadi.